Kamis, 18 Juni 2009

Jumlah Angka Siswa DO Bertambah


Cirebon, Buana News,- Tingginya angka Drop Out (DO) pelajar pada tahun 2009 ini, menunjukkan lemahnya pelaksanaan program Wajardiknas 12 tahun di kota Cirebon. Kenaikan DO ini dapat terlihat pada tahun 2008 hanya sekitar 355 siswa sementara pada tahun 2009 naik menjadi sekitar 438 siswa. Selain itu, paradigma Pendidikan juga tidak tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat, sehingga faktor ekonomi keluarga sangat kuat mendorong banyaknya siswa untuk memilih DO.
Masalah DO memang kerap kali menjadi pilihan pahit bagi para keluarga tidak mampu. Mereka seperti tak berdaya menghadapi persoalan ekonomi keluarga. Pilihan pahitnya, anak terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Inilah persoalan dilema yang seharusnya sudah bisa diantisipasi Dinas Pendidikan melalui segudang program yang dimiliki serta melalui pemanfaatan dana bantuan BOS.
Namun kenyataannya masih banyak siswa dari kalangan tak mampu lebih memilih keluar sekolah ketimbang harus menyeret ekonomi keluarga tambah berantakan. Pilihan ini pun menjadi ironis ketika hasrat DO itu disahuti positif oleh anggota keluarga yang lain. “yah mau gimana lagi, sekolah nyatanya mahal, program BOS yang katanya sekolah gratis hanya angin surga saja, faktanya berbagai pungutan masih terjadi di sekolah,” ujar Karna (43) warga asal Ciebon saat dijumpai Buana News ditempat usahanya.
Kenyataan ini membuat keprihatinan salah seorang guru besar STAIN Cirebon, Prof. Dr. H Jamali, M.Ag. Menurutnya pendidikan adalah hak setiap warga yang diberikan oleh negara. Karena pendidikan merupakan sarana pencerdasan suatu bangsa guna melanjutkan estafeta kepimpinan nasional. Hubungan Internasional pun sangat diukur dari seberapa jauh keberhasilan pengelolaan pendidikan di Indonesia.
Ketika pendidikan kita lemah maka jangan diharap generasi berikutnya mampu keluar dari hegemoni budaya dan globalisasi dunia yang kini tengah in disemua negara. Budaya karena memang barat lebih mudah menjadi cermin bagi bangsa Indonesia dalam mengikuti pergaulan modern. Sedangkan globalisasi dunia tak mungkin dapat dihindari maupun diikuti dengan SDM generasi kita yang prosentasinya masih dibawah rata-rata dibandingkan negara lain.
“Pendidikan seharusnya menjadi paradigma baru dan sudah menjadi icon dalam menggairahkan kehidupan generasi bangsa kedepan. Karena dengan pendidikan Indonesia mampu melakukan pergaulan internasional. Masa depan anak-anak kita kan hanya bisa ditolong dengan pendidikan. Jadi akan jadi apa bangsa ini ketika dalam kurun waktu pendidikan di Indonesia keberadaan SDM bangsanya masih lemah akibat masih banyaknya siswa yang DO hanya gara-gara persoalan ekonomi keluarga,” ujarnya.
Demikian juga diungkapkan Waryono, aktivis dan pemerhati Pendidikan, bahwa kasus bertambahnya angka pendidikan di Kota Cirebon harus menjadi perhatian serius kalangan guru dan dinas pendidikan. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja ketika dilihat karena factor ekopnomi keluarga. Tetap Disdik memberikan solusi bagi kelangsungan masa depan anak-anak yang terkena droup out. “Saya terkadang heran kenapa anggaran BOS lebih banyak diserap kebidang fisik dan kepentingan guru. Sementara siswa yang benar-benar membutuhkan untuk kelangsungan pendidikannya justru malah kurang diperhatikan,” papar Waryono dengan melihat realita saat ini. *nurudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar